Dokter Jerman Bongkar Praktik Dukun di RI, Tak Disangka Malah….

REDAKSI

- Redaksi

Sabtu, 10 Februari 2024 - 23:47 WIB

20239 views
facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Foto: Ilustrasi dokter (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Foto: Ilustrasi dokter (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

TLii | Jakarta, Sebelum pengetahuan kedokteran berkembang, masyarakat Indonesia lazim pergi menemui dukun untuk berkonsultasi masalah kesehatan. Nantinya, dukun bakal mengucapkan berbagai mantra dan memberi pasien obat-obatan herbal.

Praktik seperti ini rupanya berhasil menarik perhatian dokter asal Jerman, Friedrich August Carl. Pada 1823, Carl ditugaskan Departemen Kesehatan Hindia Belanda untuk menjadi dokter di Semarang.

Saat bertugas pertama kali, ternyata dia heran kalau orang, baik itu warga lokal atau orang Eropa sekalipun, lebih mempercayai dukun untuk mengatasi masalah kesehatan. Dan, menariknya mereka justru banyak yang sehat kembali usai datang ke dukun.

Tentu saja, Carl bertanya-tanya: kenapa bisa berhasil, padahal pengobatannya tak sesuai ilmu kedokteran yang dia pelajari. Toh, di Hindia Belanda minim obat-obatan modern, tak seperti di Eropa.

Pertanyaan seperti ini sebenarnya dipikirkan juga oleh banyak dokter Eropa lainnya. Bahkan, sudah sejak lama dokter Eropa merasa tersaingi oleh dukun. Menurut Hans Pols dalam Merawat Bangsa (2018) ketersaingan ini muncul karena persoalan akses pengobatan.

Biasanya dokter hanya ada di perkotaan, jauh dari tempat tinggal mayoritas warga yang berada di perdesaan. Selain itu, biaya dokter pun lebih mahal. Belum lagi, warga juga masih diselimuti ketakutan ihwal rangkaian pengobatan modern yang masih sangat asing. Dengan pertimbangan tersebut, praktis mayoritas orang lebih memilih berobat ke dukun.

Baca Juga :  Mahasiswa KKN Kelompok 99 UIN SMH Banten Edukasi Sertifikat Halal bagi Pelaku UMK

Namun, Carl yang didasari oleh rasa penasaran teramat besar, berhasil mengamati praktik dukun secara seksama.

Sebagaimana dipaparkan Hans Pols dalam “European Physicians and Botanists, Indigenous Herbal Medicine in the Dutch East Indies, and Colonial Networks of Mediation” (2008), Carl melihat dukun dalam praktiknya berupaya menebak penyakit berdasarkan gejala, lalu akan memberikan mantra dan obat herbal.

Bagi Carl, rangkaian pengobatan tersebut bertumpu pada obat herbal. Jadi, mantra-mantra hanya penyerta dan yang menjadi kunci adalah penggunaan obat herbal yang diperoleh dari tanaman lokal.

Akan tetapi, obat-obatan herbal tersebut hanya didasarkan pada kebiasaan dan pengalaman, bukan berdasarkan wawasan dan pengetahuan, sehingga perlu divalidasi oleh riset ilmiah.

Atas dasar inilah, Carl juga meneliti obat herbal yang dipakai oleh

dukun atau masyarakat umum dengan output riset ilmiah.

Baca Juga :  Dinas PUPR Adakan Sidang Permohonan PBG Gedung Suzuya Mall Setui

Dokter Jerman tersebut lantas mencari informasi soal obat herbal. Dia banyak bertanya ke masyarakat biasa, pedagang, pasien-pasien, dan istrinya sendiri. Tak cuma itu, dia juga menjadikan diri sendiri dan pasien sebagai objek eksperimen hingga terbukti berhasil.

Singkat cerita, perjalanan panjang membongkar praktik dukun dan penggunaan obat herbal tersebut membuahkan hasil positif. Dia membukukan semuanya ke dalam karya berjudul Pratische Waarnemingen Over Eenige Javaansche Geneesmiddelen (Pengamatan Praktis Beberapa Obat Jawa).

Masih mengutip Hans Pols, karya tersebut mencatat seluruh obat-obatan herbal yang ada dan disandingkan dengan obat-obatan modern. Selain itu, dia juga mengkategorisasikan obat-obatan berdasarkan penyakit sesuai ilmu medis modern.

Keberhasilan Carl lantas membuat banyak dokter di Hindia Belanda menjadikan obat herbal sebagai salah satu pengobatan. Mereka jadi lebih mudah mencarikan solusi pengobatan penyakit modern dengan memakai obat herbal.

Beranjak dari sini, nama Friedrich August Carl naik daun di akhir abad ke-19. Dia pun tercatat sebagai dokter pertama yang membuat dan mempraktikkan pedoman pengobatan herbal ala Indonesia.

M. Fakhriansyah, CNBC Indonesia

Facebook Comments Box

Berita Terkait

Tiga Mahasiswa Asal Desa Ulun Tanoh Diwisuda di UBBG Banda Aceh, Bukti Nyata Peran Desa Dukung Pendidikan
Kolaborasi BUMN Diperkuat, BSI Aceh Sambut Anggota Komisi VI DPR RI di Landmark BSI Aceh
Penerangan Hukum dan Sosialisasi Aplikasi Jaga Desa oleh Kejaksaan Negeri Gayo Lues
Anggota DPRK Gayo Lues, Bapak Rasip, Hadiri Rapat Persiapan UAS di SMP Negeri 2 Kutapanjang
Terowongan Geurutee: Harapan Lama yang Kembali Menggema dari Barat Selatan Aceh
Kanwil Ditjenpas Aceh dan Forkopimda Aceh Bersatu dalam Tasyakuran Hari Bakti Pemasyarakatan ke-61
Semangat Baru Pemasyarakatan Ditegaskan dalam Tasyakuran Hari Bhakti Pemasyarakatan ke-61: Lapas Blangkejeren Ikuti Kegiatan Secara Virtual
BSI Aceh Serahkan Hadiah Umroh bagi Pemenang Migrasi BSI Mobile ke Byond by BSI

Berita Terkait

Sabtu, 3 Mei 2025 - 18:18 WIB

Ka’lapas Pemuda Langkat Gelar Tes Urine Mendadak untuk PNS Baru Dan Petugas

Sabtu, 3 Mei 2025 - 18:09 WIB

Microsleep Sebabkan Laka Tunggal, Satlantas Polres Pidie Jaya dan Polsek Bandar Baru Tanggap Amankan Lalu Lintas

Sabtu, 3 Mei 2025 - 12:49 WIB

Lapas Kelas I Medan Peringati Hari Buruh Sedunia, Apresiasi Dedikasi Para Pekerja

Sabtu, 3 Mei 2025 - 12:33 WIB

Keluarga Besar Ka’Lapas kls 1 Medan Herry Suhasmin. Mengucapkan Selamat Hari Pendidikan Nasional Kobarkan Semangat Belajar Tanpa Batas

Sabtu, 3 Mei 2025 - 12:17 WIB

Tiga Petugas Lapas Kls I Medan Ucapkan Sumpah PNS, Siap Menjaga Marwah Pemasyarakatan

Sabtu, 3 Mei 2025 - 11:00 WIB

Pelindo Regional 1 Apresiasi Peran Pers di Hari Kebebasan Pers Sedunia 2025

Sabtu, 3 Mei 2025 - 08:38 WIB

Komitmen Perangi Narkoba, Polresta Deli Serdang Ungkap Kasus Besar Dan Lakukan Pemusnahan Barang Bukti

Sabtu, 3 Mei 2025 - 08:30 WIB

Hari Kebebasan Pers Sedunia 2025: DPW SWI Aceh Ingatkan Dampak Kecerdasan Buatan bagi Dunia Pers

Berita Terbaru