TLII>>Banda Aceh – Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Banda Aceh kembali meluncurkan inovasi terbaru dalam program pembinaan kemandirian bagi warga binaan. Kali ini, Lapas mengembangkan budidaya jangkrik sebagai salah satu sarana pelatihan keterampilan yang bernilai ekonomis. Kegiatan ini resmi dimulai pada Selasa (27/05/2025).

Program ini menjadi langkah konkret Lapas dalam menciptakan warga binaan yang produktif dan memiliki keterampilan wirausaha, khususnya di bidang peternakan jangkrik. Budidaya ini tidak hanya melatih kemampuan teknis warga binaan, tetapi juga memberi peluang ekonomi nyata bagi mereka.
Kegiatan dimulai dengan penataan tray telur sebagai media penetasan bibit jangkrik. Bibit telur tersebut kemudian diletakkan di kandang khusus, dan dalam waktu sekitar empat hari, diharapkan akan mulai menetas. Setelah itu, jangkrik-jangkrik muda diberi pakan berupa pelet agar tumbuh dan berkembang dengan optimal.
Kepala Lapas Kelas IIA Banda Aceh, Edi Cahyono, menyebutkan bahwa budidaya jangkrik dipilih karena memiliki nilai jual tinggi dan mudah dibudidayakan.
“Keuntungan dari hasil penjualan jangkrik akan dibagi dalam tiga skema. Sebanyak 50% akan diberikan sebagai premi kepada warga binaan yang terlibat, 15% disetor ke kas negara melalui PNBP, dan 35% digunakan sebagai tambahan modal usaha budidaya,” jelas Edi.

Program ini merupakan bagian dari upaya Lapas Kelas IIA Banda Aceh dalam mendukung transformasi pemasyarakatan yang lebih mandiri, produktif, dan berorientasi pada pemberdayaan. Edi juga berharap, inisiatif ini dapat menjadi contoh atau best practice bagi Unit Pelaksana Teknis (UPT) pemasyarakatan lainnya di Aceh.
“Budidaya jangkrik ini tidak hanya menjadi sarana pelatihan, tetapi juga bentuk kontribusi nyata terhadap program pembinaan kemandirian di lapas dan rutan se-Aceh,” pungkasnya.