TLii | Poso, Sulteng – Lagu berbahasa Pamona berjudul Magonu Mawoku tengah menjadi fenomena di TikTok.
Dengan nuansa galau yang kuat, lagu ini banyak digunakan sebagai latar konten bertema cinta, kenangan, hingga perpisahan. Di balik popularitas lagu tersebut, muncul satu nama yang menarik perhatian yakni Moy Nandez.
Pria kelahiran 1995 asal Desa Pendolo, Kecamatan Pamona Selatan, Kabupaten Poso ini bukan wajah baru di dunia tarik suara.
Dikenal dengan sapaan akrab Ating, dan nama panggung Moy Nandez memiliki pengalaman panjang tampil di berbagai kafe di Jakarta dan panggung musik berbagai iven besar swasta dan pemerintah kabupaten di berbagai daerah di Sulteng, sebelum akhirnya kembali ke kampung halaman saat pandemi COVID-19 melanda.
Kepulangannya ke Poso justru menjadi titik balik karier bermusiknya. Moy mulai menggarap ulang lagu-lagu tradisional Pamona dengan sentuhan aransemen modern, termasuk Magonu Mawoku, yang aslinya diciptakan oleh seniman asal Desa Korobono. Versi cover Moy langsung meledak dan viral di TikTok, menarik perhatian jutaan pengguna.
Dengan karakter vokal yang kuat dan emosional, Moy sukses mengangkat lagu daerah ke panggung digital nasional. Tak hanya sekadar menyanyi, ia juga menunjukkan komitmen dalam melestarikan budaya Pamona melalui musik.
Lewat kanal YouTube pribadinya, “Moy Nandez”, ia rutin membagikan karya-karya terbarunya.
Lagu-lagu daerah yang ia aransemen ulang kini menjadi jembatan antara generasi muda dan akar budaya mereka.
Moy Fernandez, musisi berdarah campuran darah campuran Poso-Manado dari neneknya., membuktikan bahwa dari kampung pun bisa bersuara lantang di dunia maya.
Moy menjadi bukti bahwa musik daerah punya tempat di era digital.
Penulis : Stenlly Ladee