KH Zainuddin MZ, Dai Kondang yang sering kita dengar suaranya

REDAKSI

- Redaksi

Kamis, 4 April 2024 - 11:39 WIB

20240 views
facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

KH Zainuddin MZ, Dai Kondang yang sering kita dengar suaranya

TLii | KH Zainuddin Hamidy Turmudzi begitu legendaris. Media massa pada masanya mendaulat ulama ini sebagai “Dai sejuta umat.” Namanya lebih populer dengan sebutan KH Zainuddin MZ. Dua huruf yang tersebut paling akhir itu merujuk pada ayahandanya, Turmudzi.

Dakwah yang dilakukan KH Zainuddin MZ diterima seluruh lapisan masyarakat, mulai dari kalangan pejabat, artis perkotaan, cendekiawan, hingga rakyat biasa. Dirinya juga beberapa kali mengisi kajian keislaman di luar negeri.

Bila KH Zainuddin MZ berdiri di mimbar untuk berceramah, puluhan ribu orang menyaksikannya dengan khidmat. Suaranya cukup khas. Penampilannya berwibawa. Gaya tuturnya sederhana serta sering diselingi humor segar. Pengetahuannya dalam bidang agama Islam sangat mumpuni. Caranya membacakan ayat-ayat suci Alquran atau mengutip sumber-sumber hadis begitu fasih. Tidak jarang, peraih gelar doktor kehormatan (honoris causa) dari Universiti Kebangsaan Malaysia ini juga menyampaikan rupa-rupa kritik yang tajam mengenai ketidakadilan sosial, kemiskinan, kesenjangan ekonomi, dan masalah-masalah lainnya yang aktual bagi umat dan bangsa.

Kiprahnya di dunia syiar Islam dimulai sejak usia dini. Seperti dijelaskankan dalam buku Dakwah & Politik ‘Dai Berjuta Umat’ (1997), KH Zainuddin MZ berasal dari keluarga Betawi asli. Lelaki kelahiran 2 Maret 1952 ini merupakan anak tunggal dari pasangan Turmudzi dan Zainabun.

Rumah keluarga Turmudzi terletak di Gang Cemara, Kramat Pela, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan (Jaksel). Ayahanda KH Zainuddin MZ ini bekerja sebagai pegawai biasa di Perusahaan Listrik Negara (PLN). Di sela-sela waktunya, suami Zainabun tersebut juga berdagang sayur-mayur. Sementara, istrinya mengurus rumah tangga.

Allah menakdirkan bahwa Turmudzi wafat ketika anak semata wayangnya itu masih berusia dua tahun. Sebagai yatim, Udin—nama kecil KH Zainuddin MZ—diasuh oleh kakek dan neneknya. Zainabun kemudian menikah lagi dengan seorang laki-laki yang terbilang sebaya ketika putranya itu berusia 17 tahun. Dari pernikahan ini, ibu kandung Zainuddin MZ itu memperoleh tiga anak laki-laki, yaitu Munazar, Ismunandar, dan Syahbuddin.

Namun, Zainabun kemudian ditinggal wafat suaminya. Dalam rentang waktu yang lama, perempuan ini lalu menikah lagi dengan seorang karyawan Peruri. Pernikahan yang ketiga ini terjadi ketika Zainuddin MZ telah beranjak dewasa.

Baca Juga :  Polsek Banda Sakti Tangkap Dua Terduga Maisir Lempar Gelang di Pantai Ujong blang

Keluarganya memiliki keterbatasan ekonomi. Bagaimanapun, Zainuddin pantang menyerah dalam menghadapi tiap tantangan. Ia tumbuh menjadi pribadi yang tangguh.

Sejak kecil, anak yang akrab disapa Udin itu sering membantu ibunya berjualan kecil-kecilan. Di sekolah tempatnya menimba ilmu, SD Kramat Pela, ia termasuk cemerlang. Hal itu dibuktikan antara lain dengan akselerasi yang disarankan gurunya. Jadilah dirinya lompat satu tingkat, dari yang seharusnya naik ke kelas tiga menjadi kelas lima.

Pada 1964, Udin lulus SD. Cita-citanya tinggi, seperti umumnya anak-anak Jakarta, ingin menjadi pilot atau dokter. Namun, kakeknya memandang skeptis pendidikan formal. “Lihat encing (paman) lu yang lulus SMA. Ijazahnya kagak laku. Gua kapok masukin anak ke SMP atau SMA!” ujar KH Zainuddin MZ mengenang kata-kata kakeknya. Saat itu, ia hanya bisa diam mendengarkan.

Sebaliknya, kakek KH Zainuddin MZ itu sangat antusias pada pendidikan nonformal keislaman. Harapannya ialah sang cucu kelak menjadi ulama besar. Karena itu, Udin dimasukkan ke Madrasah Ibtidaiyah Manarul Islam.

Karena ditempatkan di kelas lima, Udin saat itu merasa sedih. Baginya, ini sebuah kemunduran. Ia juga terkejut dengan sistem yang ada. Belum pernah sebelumnya ia mempelajari buku-buku berbahasa Arab. Di sekolah ini, materi agama mencakup 70 persen dari total pengajaran.

Apa daya, Udin tidak begitu unggul di sini. Namun, guru-gurunya tetap bersimpati kepadanya. Atas saran mereka pula, ia diam-diam mengikuti tes masuk Madrasah Tsanawiyah (MTs) Darul Ma’arif.

Lembaga yang berlokasi di Cipete, Jaksel, itu didirikan seorang tokoh Nahdlatul Ulama (NU) yang masyhur, KH Idham Chalid. Di antara teman-teman setingkatnya adalah Tutty Alawiyah dan Suryani Taher. Keduanya kelak aktif di dunia dakwah. Alhamdulillah, Udin lolos ujian masuk MTs Darul Ma’rif.

Di asrama Darul Ma’arif, Udin alias Zainuddin MZ mulai serius mempelajari kitab-kitab kuning serta mengaji Alquran dan hadis. Pemuda ini juga terlibat aktif dalam setiap diskusi pelajaran. Teman-temannya kian bertambah dari hari ke hari.

Satu bakat mencuat dari dalam dirinya. Ia mahir bercerita. Itu lantaran sejak kecil, Zainuddin MZ gemar membaca buku-buku karya sastra, semisal novel-novel karangan Buya Hamka dan Marah Rusli. Dongeng “1001 Malam” dari khazanah Arab klasik serta cerita silat Kho Ping Hoo juga disukainya.

Baca Juga :  Pangdam Iskandar Muda Ziarah ke Makam Ulama Besar Teungku Di Ujung di Simeulue

Saat berusia remaja, Zainuddin meneruskan sekolah di level madrasah aliyah pada lembaga yang sama, Darul Ma’arif. Sewaktu duduk di kelas dua, bertemulah ia untuk pertama kali dengan perempuan yang kelak menjadi istrinya, Siti Khalilah.

Muda-mudi ini saling suka. Keduanya kerap berpapasan saat aktif di organisasi Ikatan Pelajar Tsanawiyah-Aliyah. Khalilah sempat pindah sekolah ke MA Negeri Mampang Prapatan. Toh Zainuddin sering menyempatkan diri bertemu atau sekadar bertegur sapa dengannya.

Akhirnya, pemuda ini memberanikan diri melamar sang pujaan hati. Ibu dan neneknya merestui. Ayahanda Khalilah, Ayub, juga menerima. Pada 4 Februari 1972, Zainuddin dan Siti Khalilah menikah dengan resepsi yang sederhana dan menggunakan adat Betawi. Saat itu, sang mempelai pria sedang menempuh studi sebagai mahasiswa Jurusan Perbandingan Agama, Fakultas Ushuluddin, IAIN Syarif Hidayatullah.

Hingga tahun 1980, pasangan ini dikaruniai tiga orang putra, yakni Fikri Haykal, Muhammad Luthfi, dan Muhammad Fahmi. Atas kehendak Allah SWT, sang bungsu berpulang ke rahmatullah saat masih berusia tiga tahun. Seiring waktu, Zainuddin dan istri diberikan momongan lagi, yakni Ahmad Syauqi dan Muhammad Zaki.

Perjalanan Zainuddin MZ menimba ilmu di pendidikan tinggi tidaklah mudah. Lagi pula, sejak sebelum menikah, dia agaknya terpaksa memasuki jurusan tersebut. Ketika menjelang lulus madrasah Aliyah dahulu, cita-citanya adalah ke luar negeri, yakni menjadi mahasiswa Universitas al-Azhar Mesir. Keinginan itu terhalang kendala biaya. Pada akhirnya, kuliahnya di IAIN Syarif Hidayatullah kandas di tengah jalan. Padahal, saat itu dirinya sedang menempuh tahap menulis skripsi.

Salah satu ceramah beliau yang khas dan masih teringat sampai sekarang, “umat Islam di Indonesia masih kurang serius menanggulangi tiga penyakit cinta-dunia. Ketiganya disingkat sebagai “kudis, kurap, dan kutil.”

Maksudnya, kudis adalah “kurang disiplin”, kurap itu “kurang rapi”, dan kutil berarti “kurang teliti.” Di atas itu semua, kaum Muslimin masih memiliki akar masalah, yakni kuman alias “kurang iman.”

“Penyakit fisik masih mudah disembuhkan dengan datang ke dokter, tetapi penyakit jiwa dapat disembuhkan dengan datang ke ulama, kembali kepada agama.”

Facebook Comments Box

Berita Terkait

FUAD IAIN Langsa Gelar Diseminasi DIM dan Evaluasi Kebijakan Qanun Aceh
Abu Tanjong Bungong Peusijuk 174 Calon Jamaah Haji Pidie Jaya, Bupati : Jaga Kesehatan, Patuhi Aturan, Semoga Menjadi Haji Mabrur
Cabor E-sport Aceh Utara mendukung ponYahya sebagai ketua umum KONI Aceh
Pengacara Muda Barat Selatan Aceh, Putra Pratama Sinulingga, Dukung Pemekaran Kabupaten/Kota di Aceh
Lupakan Kami Setelah Berjuang? Seruan untuk Menghidupkan Kembali Pahlawan Perempuan Aceh
Pangdam Iskandar Muda Terima Kunjungan Silaturahmi Wakapolda Aceh di Makodam IM
Perkokoh Silaturahmi, IPARI Kota Langsa Gelar Halal Bihalal
Keluarga Besar Rang Tanjung Sumut Gelar Halal Bi Halal Penuh Kehangatan Dan Kekeluargaan

Berita Terkait

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:28 WIB

Wali Kota Langsa Bersama BNN dan Forkopimda Ikuti Puncak Peringatan HANI 2025

Jumat, 27 Juni 2025 - 07:25 WIB

Kirimkan Tim Terbaik Pada Olahraga Bersama Peringatan Hari Bhayangkara Ke-79, Rutan Tanjung Berhasil Raih Juara

Jumat, 27 Juni 2025 - 01:56 WIB

Sambut Hari Bhayangkara ke-79 Polres Aceh Besar Gelar Zikir dan Doa Bersama 

Jumat, 27 Juni 2025 - 01:52 WIB

Empat PJU, Satu Auditor, dan Dua Kapolres di Jajaran Polda Aceh Dimutasi, Ini Daftarnya

Jumat, 27 Juni 2025 - 01:50 WIB

BNN Banda Aceh Peringati HANI 2025: Perkuat Kolaborasi Menuju Kota BERSINAR

Jumat, 27 Juni 2025 - 01:40 WIB

Kodim 0101/KBA Gandeng BNN, Gelar Edukasi Bahaya Narkoba bagi Prajurit dan Keluarga

Jumat, 27 Juni 2025 - 01:36 WIB

Letkol Inf Faurizal Noerdin Tegaskan Komitmen Kodim 0101/KBA Perangi Ancaman Narkoba

Kamis, 26 Juni 2025 - 22:32 WIB

PT. Indolok Serahkan 100 Alat Pemadam Kebakaran ke Kodam IM

Berita Terbaru

error: Content is protected !!