Monumen Silang Hangoluan Picu Kontroversi: Pertarungan Simbolis, Penolakan Masyarakat Adat, dan Perlawanan terhadap Hegemoni Kolonial

H²

- Redaksi

Kamis, 8 Mei 2025 - 10:34 WIB

20117 views
facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Tlii |SUMUT | Pembangunan Monumen Silang Hangoluan Habatahon di Parik Sabungan, Sianjur Mula-mula, Kabupaten Samosir, menjadi sumber polemik yang terus menguat. Proyek yang digagas sebagai penanda “Titik Nol Peradaban Batak” ini menuai kritik tajam dari kalangan akademisi, masyarakat adat, hingga intelektual muda Batak yang menilai bahwa proyek tersebut sarat dengan bias simbolik dan berpotensi menggerus identitas budaya Batak yang majemuk.

Shohibul Anshor Siregar, dosen FISIP UMSU Medan, menyatakan bahwa pembangunan salib raksasa setinggi 30 meter ini merepresentasikan pertarungan simbolis antara warisan kolonial dan identitas lokal. “Sebagian komunitas muda dan intelektual Batak menolak pembangunan salib karena dianggap sebagai simbol eksklusif agama Kristen dan tidak mencerminkan identitas kultural universal Batak,” tegasnya. Ia menambahkan bahwa proyek ini dicurigai melanjutkan hegemoni simbol keagamaan warisan kolonial Belanda, yang erat kaitannya dengan kristenisasi paksa abad ke-19.

Penolakan terhadap proyek ini tidak hanya hadir dalam diskursus intelektual, tetapi juga muncul secara formal dari masyarakat adat. Dalam surat resmi bertanggal 9 April 2025, Ruma Parsiajaran Tradisional Inang Nauli Basa bersama tokoh akademik, praktisi hukum, dan pemerhati budaya Batak menyampaikan permohonan audiensi kepada Bupati Samosir. Mereka menyuarakan kekhawatiran akan terhapusnya jati diri habatakon, serta dampak generalisasi kepercayaan tertentu terhadap seluruh masyarakat Batak.

Baca Juga :  Sambut HUT Ke-78 Bhayangkara, Polres Pematangsiantar Gelar Lomba Pidato Bahasa Inggris Dengan Tema Police For The Community

“Bahwa pembangunan Silang Hangoluan di tanah leluhur marga-marga Batak berakibat pada pandangan negatif dan dapat menjeneralisasi kepercayaan dan agama tertentu kepada suku Batak,” tulis mereka dalam surat tersebut. Permohonan audiensi dijadwalkan pada 12 April 2025 di Kantor Bupati Samosir, dan surat tersebut turut ditembuskan kepada Presiden RI, kementerian terkait, lembaga keagamaan, dan media massa.

Shohibul Anshor Siregar menggarisbawahi bahwa ruang budaya Batak pascakolonial kini menjadi arena pertarungan simbol yang sangat politis. “Narasi ‘Batak = Kristen’ yang coba dikokohkan melalui proyek ini secara tidak langsung meminggirkan komunitas minoritas Batak, seperti penganut Malim dan Muslim Batak,” ujarnya. Ia menyebut ini sebagai kelanjutan dari stigmatisasi kolonial terhadap kepercayaan lokal.

Baca Juga :  Plt. Kakanwil Ditjen Pemasyarakatan Sumut Tinjau  langsung Penyaluran BAMA di Lapas Perempuan Medan

Dalam konteks perlawanan, Shohibul menekankan pentingnya penggunaan data dan solidaritas sebagai alat perjuangan. Salah satu bentuknya adalah digitalisasi naskah kuno Batak untuk membuka kembali akses terhadap sejarah yang lebih otentik dan inklusif. Namun, ia mengingatkan agar proses digitalisasi dilakukan dengan itikad baik dan tidak menghilangkan unsur kepercayaan yang beragam.

Shohibul juga menyoroti urgensi repatriasi naskah-naskah Batak yang kini tersimpan di institusi asing. “Kolonialisme pengetahuan dan fragmentasi sejarah adalah tantangan besar. Repatriasi dan pembangunan infrastruktur budaya yang berdaulat sangat penting untuk merebut kembali narasi kita sendiri,” pungkasnya.

Kontroversi ini menandai titik kritis dalam perjalanan masyarakat Batak untuk menegosiasikan identitas dan warisan budaya mereka di tengah bayang-bayang kolonialisme lama yang masih membekas. Persoalan Silang Hangoluan bukan hanya soal bangunan fisik, melainkan tentang siapa yang berhak menentukan makna sejarah dan simbol kolektif suatu bangsa.

Penulis: Pengamat Sosial Politik Asal Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara [UMSU] Shohibul Anshor Siregar

Tim Redaksi

Facebook Comments Box

Berita Terkait

Berawal Dari Laporan Warga Pemilik Narkoba Di Tangkap Satres Narkoba Polres Tanjungbalai
KOMITMEN CEGAH NARKOBA, PELINDO REGIONAL 1 TERIMA PENGHARGAAN DARI BNN
Lapas Kelas IIB Padangsidimpuan Hadiri Doa Bersama Lintas Agama Sambut Hari Bhayangkara ke-79
Warga Keluhkan Kinerja PT Pangeran Beton dalam Proyek Drainase Jalan Garu, Medan Subjudul:
Kasdim 0101/KBA Resmi Berganti, Sertijab Dipimpin Langsung oleh Dandim Letkol Inf Faurizal
Poksek Kluet Tengah Salurkan Bantuan Sosial Dalam Rangka Hut Bhayangkara Ke – 79 
Depot Medan Group dan Elnusa Dinilai Lamban, SPBU Mengalami Kelangkaan. Reza Fahlevi SH.MH : Pemerintah Daerah Perlu Turun Tangan
Ciptakan Lingkungan Kerja Bersih dan Tertib, Polres Aceh Selatan Gelar Gaktiplin Sambut Hari Bhayangk

Berita Terkait

Sabtu, 28 Juni 2025 - 02:40 WIB

Sinergi Polri dan Ulama: Kapolres Pidie Jaya Hadiri Pembukaan Pendidikan Kader NU Angkatan Pertama

Jumat, 27 Juni 2025 - 22:52 WIB

Jeffry Sentana Lepas Pawai Obor Semarakkan Tahun Baru Islam 1 Muharram 1447 H

Jumat, 27 Juni 2025 - 22:11 WIB

Berawal Dari Laporan Warga Pemilik Narkoba Di Tangkap Satres Narkoba Polres Tanjungbalai

Jumat, 27 Juni 2025 - 18:32 WIB

*Atlet Boxing DJBC Aceh Besar Matangkan Persiapan Hadapi Pra-PORA di Banda Aceh*

Jumat, 27 Juni 2025 - 18:27 WIB

KOMITMEN CEGAH NARKOBA, PELINDO REGIONAL 1 TERIMA PENGHARGAAN DARI BNN

Jumat, 27 Juni 2025 - 16:41 WIB

Sambut 1 Muharram 1447 H, Kapolres Pidie Jaya dan Forkopimda Pererat Ukhwah Lewat Doa Bersama

Jumat, 27 Juni 2025 - 16:19 WIB

Lapas Kelas IIB Padangsidimpuan Hadiri Doa Bersama Lintas Agama Sambut Hari Bhayangkara ke-79

Jumat, 27 Juni 2025 - 15:55 WIB

Polsek Kluet Selatan Gelar Bakti Sosial Di Makam Pahlawan T. Cut Ali

Berita Terbaru

error: Content is protected !!