TLii/ACEH/GAYO LUES,Blangkejeren-12- Desember 2024 – Tokoh Sengkuni dari epos Mahabharata kembali menjadi perbincangan di kalangan pecinta sastra klasik. Sosok ini dikenal sebagai simbol kelicikan, manipulasi, dan dendam yang mengantarkan pada kehancuran.
Sengkuni, pangeran dari Kerajaan Gandhara dan kakak dari Gandari, merupakan sosok antagonis yang memiliki pengaruh besar terhadap pecahnya Perang Kurukshetra. Ia dikenal sebagai penasihat utama Kurawa yang kerap memprovokasi mereka untuk bertindak melawan Pandawa. Melalui strategi dan tipu dayanya, Sengkuni berhasil menciptakan konflik besar yang merenggut banyak korban.
Salah satu momen paling diingat adalah saat permainan dadu di istana Hastinapura. Dalam peristiwa ini, Sengkuni menggunakan kecerdasannya untuk memanipulasi Pandawa hingga kehilangan kerajaan dan harta mereka, yang kemudian memicu pengasingan selama 13 tahun.
Namun, seperti pepatah,Kejahatan pasti akan menuai karma,Sengkuni menemui akhir hidupnya di tangan Sahadewa, salah satu Pandawa, dalam perang besar Kurukshetra. Kematian Sengkuni menjadi simbol bahwa kelicikan dan pengkhianatan tidak akan pernah menang melawan kebenaran dan keadilan.
Cerita Sengkuni tetap relevan hingga saat ini, menjadi pengingat akan bahaya sifat iri hati dan manipulasi yang dapat menghancurkan hubungan, keluarga, bahkan bangsa.
Untuk mengenal lebih jauh tentang kisah Mahabharata, sejumlah buku dan pementasan drama terus dihadirkan di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Cerita epik ini tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga memberikan pelajaran hidup yang mendalam.(Red)
Sumber : Sastra Klasik