Oleh: [Jailani, S.Sos / Ketua Rumoh UMKM Pidie Jaya]
Tahun 2025 menjadi tahun bersejarah bagi Kabupaten Pidie Jaya. Untuk pertama kalinya, kabupaten ini dipercaya menjadi tuan rumah perhelatan akbar Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Tingkat Provinsi Aceh ke-37. Ajang ini dijadwalkan berlangsung pada bulan Oktober, dan akan menghadirkan kafilah dari seluruh kabupaten/kota di Aceh, bersama ribuan pengunjung dari berbagai penjuru.
Bukan hanya sebagai ajang unjuk prestasi dalam seni membaca Al-Qur’an, MTQ juga menjadi peristiwa sosial dan budaya yang berdampak langsung terhadap berbagai sektor, terutama sektor ekonomi kerakyatan. Dalam konteks inilah, pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Pidie Jaya tampil menyatakan kesiapan mereka menyukseskan event keagamaan terbesar di Aceh tersebut.
Melalui wadah Rumoh UMKM Pidie Jaya, ratusan pelaku usaha lokal dari berbagai sektor—kuliner, fashion, kerajinan tangan (handcraft), produk kreatif, hingga olahan pangan lokal—menyambut gembira kesempatan ini. MTQ Aceh ke-37 bukan hanya momentum spiritual, tetapi juga peluang besar untuk memperkenalkan produk unggulan Pidie Jaya ke hadapan publik Aceh secara luas.
Rumoh UMKM Pidie Jaya, yang meski usianya masih relatif muda—belum genap dua tahun berdiri—telah menunjukkan eksistensi dan komitmen yang kuat dalam mendukung setiap event sosial dan ekonomi di daerah. Di bawah kepemimpinan Jailani, S.Sos, komunitas ini tumbuh solid dan aktif, serta mendapat perhatian dan pembinaan langsung dari Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM (Disperindagkop) Kabupaten Pidie Jaya.
MTQ ke-37 di Pidie Jaya dipandang sebagai “panggung emas” bagi para pelaku UMKM untuk memperluas jangkauan pasar mereka. Ribuan pengunjung dari luar daerah akan hadir, yang artinya akan terjadi peningkatan aktivitas ekonomi. Produk-produk khas Pidie Jaya seperti kue tradisional, kerajinan dari pandan laut, bordir khas, hingga kuliner Aceh otentik, memiliki peluang besar untuk dikenal dan diminati oleh pengunjung dari luar daerah.
Tak hanya menyambut dengan produk, para pelaku UMKM juga siap menghadirkan pelayanan terbaik. Dengan semangat gotong royong dan kebersamaan, Rumoh UMKM telah merancang berbagai strategi untuk menampilkan yang terbaik—mulai dari stand-stand pameran, kerja sama antar pelaku usaha, hingga kolaborasi dengan komunitas lain dan dinas terkait. Semangat ini menjadi cerminan nyata dari potensi ekonomi lokal yang siap tumbuh bersama dengan geliat pembangunan daerah.
Oleh karena itu, penting kiranya pemerintah daerah, panitia MTQ, serta stakeholder lainnya memberi ruang yang cukup besar bagi UMKM lokal untuk tampil. Keterlibatan UMKM dalam setiap aspek acara, seperti bazar, stan kuliner, pameran produk unggulan, hingga promosi digital, akan memberikan dampak ganda: kesuksesan acara dan penguatan ekonomi rakyat.
MTQ Aceh ke-37 di Pidie Jaya adalah lebih dari sekadar kompetisi seni baca Al-Qur’an. Ia adalah panggung kebersamaan, kebangkitan spiritual, dan juga etalase potensi ekonomi lokal. UMKM Pidie Jaya, melalui Rumoh UMKM, dengan semangat dan kesiapan yang tinggi, siap menjadi bagian penting dalam sejarah besar ini—menyambut tamu, memperkenalkan budaya, dan membawa ekonomi rakyat naik satu level lebih tinggi.
Jika MTQ adalah cahaya yang memandu umat, maka UMKM adalah denyut nadi masyarakat yang akan menjaga terang itu tetap hidup—dalam bentuk kerja, inovasi, dan kontribusi nyata bagi daerah.[]