Larang Jurnalistik Investigasi, ICW dan Akademisi Untirta Kritisi RUU Penyiaran

REDAKSI

- Redaksi

Jumat, 17 Mei 2024 - 10:51 WIB

20188 views
facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

TIMESLINES INEWS >> Banten – Sorotan publik terhadap Rancangan Undang-Undang Penyiaran kian menggema. Khususnya pada substansi Pasal 50 B ayat 2 huruf C terkait larangan penayangan eksklusif liputan investigasi yang malah memukul mundur perkembangan demokrasi di Indonesia.

Koordinator kampanye publik Indonesia Corruption Watch (ICW), Tibiko Zabar Pradano dalam siaran persnya bersama koalisi masyarakat sipil mengkritisi RUU tersebut yang diniilai sangat merugikan masyarakat. Ia menyebut bahwa produk jurnalistik investigasi kerap jadi alternatif dalam upaya membongkar praktik kejahatan yang salah satunya membongkar praktik korupsi para pejabat publik.

Dengan dilarangnya jurnalisme investigasi tentu sangat bertolak belakang dengan semangat demokrasi dan sudah seharusnya ditolak karena mengancam kebebasan pers serta pertanda buruknya masa depan gerakan anti korupsi di Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“RUU Penyiaran menambah daftar panjang regulasi yang tidak pro terhadap pemberantasan korupsi. Dalam beberapa waktu belakang, tidak sedikit regulasi yang diubah justru tidak sejalan dengan prinsip gerakan demokrasi, HAM, antikorupsi, hingga penyelamatan sumber daya alam,” tulisnya.

Pelarangan jurnalisme investigasi juga tidak berbanding lurus dengan nilai-nilai good governance yang memiliki nilai transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas.

Banyaknya kasus-kasus kejahatan yang diungkap jurnalisme investigasi jadi bukti bahwa masyarakat butuh dan sudah seharusnya tidak dibatasi dari informasi kerja-kerja jurnalistik agar kontrol serta kritik masyarakat pada pejabat publik dapat terus digaungkan.

“Dalam konteks penuntasan kasus korupsi, liputan investigatif kerap kali bisa membongkar aspek yang tidak terpantau, sehingga jadi trigger bagi penegak hukum menuntaskan perkara,” tulisnya.

Ketentuan dalam RUU penyiaran juga dinilai bertentangan dengan Undang-Undang 40 Tahun 1999 pers yang merupakan buah dari reformasi. Dengan larangan tersebut, pers akan kehilangan fungsinya sebagai pengontrol kekuasaan.

“Melarang penayangan eksklusif jurnalisme investigasi sama dengan menjerumuskan Indonesia sebagai negara yang tidak demokratis,” tulisnya.

Dengan kritisi tersebut, ICW bersama koalisi masyarakat sipil lainnya seperti, LBH pers, Perhimpunan Media Nusantara (PPMN), Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PSHK), Greenpeace Indonesia, AJI Indonesia, Watchdoc, dan Aji Jakarta mendesak DPR RI dan Presiden dengan 4 tuntutan.

Keempat tuntutan itu adalah menghentikan pembahasan RUU Penyiaran yang substansinya bertentangan dengan nilai demokrasi dan upaya pemberantasan korupsi, menghapus pasal-pasal yang berpotensi multitafsir, membatasi kebebasan sipil, dan tumpang tindih dengan UU lain, membuka ruang partisipasi bermakna dalam proses penyusunan RUU Penyiaran dengan melibatkan organisasi masyarakat sipil dan kelompok masyarakat terdampak lainnya, dan menggunakan UU Pers sebagai pertimbangan dalam pembuatan regulasi yang mengatur soal pers.

Senada dengan ICW, Akademisi sekaligus dosen FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta), Mohamad Rizky Godjali sepakat bahwa jurnalisme investigasi haruslah terus dipertahankan.

Berhasilnya jurnalisme investigasi membongkar kasus-kasus yang melibatkan pejabat publik merupakan bukti bahwa peran jurnalisme sebagai pilar keempat demokrasi merupakan kunci agar Indonesia dapat terus berkembang.

“Apabila kemudian ini (jurnalisme investigasi) dibatasi oleh sebuah aturan negara maka tentu ini menjadi kabar yang buruk bagi masa depan kemerdekaan pers di Indonesia,” kata Godjali kepada TIMESLINES INEWS.

Jurnalisme khususnya di Indonesia kata Godjali tidaklah bisa hanya mengandalkan jurnalisme air liur saja yang hanya mengandalkan ucapan dari para narasumber.

Jaminan agar masyarakat dapat informasi yang berbobot dan berdasarkan fakta sangatlah penting karena hak investigasi bukanlah hanya hak Aparatur Penegak Hukum (APH) saja.

Sebagai pilar penting dalam demokrasi, jurnalisme tidaklah elok apabila dibiarkan keropos dan harus senantiasa dijaga. Jangan sampai mengalami pembajakan dari pihak-pihak tertentu akan menjadi ancaman yang berarti.

Sebagai satu-satunya pilar yang tidak terpengaruhi kekuasaan negara bisa sangat terancam. Apalagi konstitusi juga telah sangat jelas dalam Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945 melindungi Hak Asasi Manusia warga negara Indonesia yang termasuk di dalamnya adalah hak menyampaikan dan memperoleh informasi.

“Tentu ini (apabila RUU Penyiaran disahkan akan jadi) bagian bentuk brutalisme dari kekuasaan dalam rangka membungkam suara suara dari masyarakat melalui karya jurnalistik untuk menyampaikan kebenaran untuk menyampaikan sebuah aspirasi yang terkadang bisa mengganggu kenyamanan dari beberapa pihak,” pungkasnya.

Berita Terkait

Lapas Kelas IIA Banda Aceh Dan Polsek Ingin Jaya gelar Penggeledahan Blok Hunian secara Intensif.
Yonif TP 855/RD Kuatkan Pangan Nasional: Buka Lahan Pertanian dan Peternakan di Gayo lues
Polisi Bekuk 4 Pengguna Sabu Di Agara
Terus Berkembang: Yonif TP 855/RD Laksanakan Perluasan Lahan Pertanian dan Pembuatan Kandang Ternak Dalam Mendukung Program Ketahanan Pangan Nasional
Kalapas Padangsidimpuan Cek Kondisi Ruang Rawat Klinik Lapas
Demo LPM Kecamatan Sunggal Picu Kontroversi: Salah Sasaran dan Ganggu Pelayanan Publik
Babinsa Koramil 09/Putri Betung Gencarkan Patroli Wilayah untuk Ciptakan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat
ALA Menunggu Waktu: Konsolidasi KP3ALA Teguhkan Perjuangan Pemekaran di Era Presiden Prabowo

Berita Terkait

Sabtu, 11 Oktober 2025 - 19:02 WIB

Reuni Ke-4 Alumni Fakultas Pertanian UNIDA: Jalin Persaudaraan Tanpa Batas

Sabtu, 11 Oktober 2025 - 07:20 WIB

Gubernur Aceh Lantik 9 Pejabat Eselon II dan 3 Deputi BPKS Sabang

Jumat, 10 Oktober 2025 - 23:07 WIB

BCKS 2025 di Banda Aceh: Siapkan Kepala Sekolah Adaptif dan Visioner

Jumat, 10 Oktober 2025 - 15:00 WIB

Gempa M 4,5 Guncang Aceh, BMKG: Pusat Gempa di Laut, Tak Berpotensi Tsunami

Jumat, 10 Oktober 2025 - 14:32 WIB

Sore Nanti Gubernur Aceh H.Muzakir Manaf, Rotasi Sejumlah Pejabat Eselon II

Jumat, 10 Oktober 2025 - 13:44 WIB

Khabar Beredar, Mualem Dikabarkan Akan Melantik Pejabat Eselon II Sore Ini

Jumat, 10 Oktober 2025 - 10:05 WIB

Peringatan Maulid Nabi di MIN 22 Pagar Air Berlangsung Khidmat dan Penuh Kebersamaan

Kamis, 9 Oktober 2025 - 11:10 WIB

Langkah Cerdas SMA Negeri 1 Matang Kuli: Digitalisasi Data untuk Cegah Putus Sekolah

Berita Terbaru