TIMELINES INEWS INVESTIGASI Jakarta Utara – Kontingen tinju Aceh harus pulang dengan satu medali perunggu dari ajang Pekan Olahraga Pelajar Nasional (POPNAS) 2025 yang digelar di Jakarta. Dari enam petinju yang diturunkan, empat di antaranya mampu menembus babak perempat final sebelum akhirnya tersingkir sebagian dalam laga yang diselimuti kontroversi keputusan wasit dan hakim (W/H).
Petinju putri Melati yang turun di kelas terbang 50 kg harus tersingkir di babak awal setelah kalah angka dari petinju asal Lampung. Meski tampil agresif, pengalaman tanding Melati dinilai masih kalah jauh dibandingkan lawannya.

Nasib serupa dialami M. Azis di kelas bulu 57 kg. Ia kalah RSC (Referee Stopped Contest) dari petinju Bali. Keputusan wasit yang dianggap terlalu cepat memberikan hitungan tanpa adanya pukulan telak sempat memicu protes dari kubu Aceh.
Sementara itu, di kelas 48 kg, Syah Jihan tampil impresif setelah menumbangkan juara Pra-POPNAS asal Jawa Tengah lewat kemenangan angka mutlak. Namun langkahnya terhenti di perempat final saat menghadapi petinju Nusa Tenggara Barat (NTB). Laga tersebut kembali diwarnai kontroversi setelah Syah Jihan justru dijatuhi peringatan (warning) meski pelatih menilai lawannya yang seharusnya mendapat teguran. Protes yang diajukan tim Aceh tak mengubah hasil pertandingan.
Di nomor putra kelas ringan, M. Farid Wajid membuka langkah dengan kemenangan angka atas petinju Jambi. Namun pada babak berikutnya, ia harus mengakui keunggulan petinju Sulawesi Utara. Pihak Aceh menilai Farid kembali dirugikan karena wasit memberikan hitungan meski belum ada pukulan berarti. “Jelas Farid dirugikan wasit. Belum sempat bertukar pukulan sudah dihitung,” ujar pelatih Dien Jauhari seusai pertandingan.

Di sektor putri kelas layang 48 kg, Intan Wija sempat tampil gemilang dengan menyingkirkan petinju Jambi di perempat final. Sayangnya, di babak semifinal ia kalah dari petinju Lampung yang unggul dalam jangkauan pukulan.
Satu-satunya medali bagi Aceh datang dari Bilal Hakim, yang turun di kelas menengah ringan 71 kg. Bilal melaju ke perempat final lewat bye dan kemudian menundukkan petinju Sumatera Selatan dengan kemenangan angka. Namun perjuangannya di semifinal kembali diwarnai keputusan wasit yang kontroversial, setelah ia mendapat hitungan di ronde awal tanpa pukulan telak. Meski berjuang keras hingga akhir, keputusan hakim tidak berpihak kepadanya.

Menurut pelatih Mario Razura, situasi di arena tinju POPNAS tahun ini memang memanas. “Hampir setiap malam ada keributan karena keputusan W/H yang kontroversial. Bahkan sempat ada insiden antara wasit dan tim Sumut, dan imbasnya terasa ke tim lain termasuk Aceh. Seolah-olah para W/H jadi takut mengambil keputusan tegas,” ungkapnya.
Dengan hasil ini, tim tinju Aceh harus puas membawa pulang satu medali perunggu dari POPNAS 2025. Meski demikian, para pelatih menilai performa atlet muda Aceh tetap menunjukkan potensi besar untuk masa depan, asal pembinaan dan pengalaman tanding terus ditingkatkan.




































