TLii | ACEH | Gayo Lues – Kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) Penggiat Pencegahan, Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) yang diselenggarakan oleh Badan Narkotika Nasional Kabupaten (BNNK) Gayo Lues resmi ditutup pada Kamis, 24 Juli 2025. Memasuki hari kedua sekaligus hari terakhir pelaksanaan, Bimtek berlangsung sukses dan penuh antusiasme.
Dalam upaya memperkuat kapasitas masyarakat dalam menghadapi ancaman narkoba, BNNK Gayo Lues menghadirkan empat narasumber dari lintas instansi yang membagikan ilmu dan pengalamannya secara komprehensif:
– Roni Ismunandar, S.IP, M.Si, Kepala Badan Kesbangpol Gayo Lues
– Jusmaleara Senja, S.Sos, M.SP, Camat Blangkejeren
– H. Afwuan Zamri, SH.I, Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Blangkejeren
– Sahuri Ramadana, S.Sos, CH, CNLP, Penyuluh Sosial Ahli Pratama DP3AP2KB Gayo Lues
Salah satu daya tarik utama Bimtek kali ini adalah sesi tanya jawab yang berjalan secara interaktif. Para peserta tidak hanya menyimak materi, tetapi juga aktif bertanya, berdiskusi, dan menggali berbagai strategi penanggulangan narkoba dari perspektif sosial, agama, pemerintahan, hingga penyuluhan berbasis komunitas.
Antusiasme peserta mencerminkan semangat kolektif untuk memahami bahaya laten penyalahgunaan narkotika yang terus mengancam ketahanan sosial masyarakat, khususnya di Gayo Lues.
Dalam pemaparannya yang berjudul “Strategi Pencegahan Narkotika di Lingkungan Masyarakat”, Camat Blangkejeren, Jusmaleara Senja, S.Sos, M.SP, menekankan pentingnya pendekatan kultural dan partisipatif dalam mencegah penyalahgunaan narkotika.
“Langkah awalnya adalah menumbuhkan kesadaran. Masyarakat harus paham dulu bahaya narkoba, dari sisi kesehatan, hukum, dan dampak sosialnya. Baru kemudian bergerak bersama,” ujar Jusmaleara.
Ia mendorong masyarakat untuk menginisiasi dan memperkuat resam kampung, yaitu peraturan adat atau peraturan desa sebagai bentuk proteksi dari dalam komunitas. “Kalau resam kampung itu ditegakkan, maka ruang gerak peredaran narkoba otomatis akan menyempit. Libatkan BPK (urang tue) di desa. Perangi narkoba dimulai dari akar rumput,” tegasnya.Selain pendekatan hukum dan adat, Jusmaleara juga menggarisbawahi perlunya edukasi berkelanjutan kepada warga agar mampu mengenali gejala penyalahgunaan narkoba dan melakukan tindakan preventif sedini mungkin.
“Masyarakat bukan cuma objek, tapi harus jadi subjek. Kita perlu libatkan mereka aktif dalam kegiatan sosialisasi, edukasi, dan monitoring. Karena lingkungan yang bebas narkoba hanya bisa terwujud kalau semua komponen bersinergi,” lanjutnya.
Sebagai penanda berakhirnya rangkaian Bimtek, BNNK Gayo Lues menyerahkan sertifikat dan PIN kepada seluruh peserta sebagai bentuk penghargaan atas partisipasi aktif mereka dalam kegiatan ini. Momen ini juga menjadi pengingat bahwa perjuangan melawan narkoba bukan hanya tugas aparat, tetapi merupakan tanggung jawab bersama.
Kepala BNNK Gayo Lues menyampaikan terima kasih kepada seluruh narasumber dan peserta atas dedikasi dan kolaborasi yang solid selama kegiatan berlangsung. Ia juga menegaskan komitmen BNNK untuk terus memperkuat upaya pencegahan dan pemberantasan narkoba secara berkelanjutan.
> “Tema tahun ini, Bersama Memutus Rantai Peredaran Gelap Narkoba melalui Pencegahan, Rehabilitasi, dan Pemberantasan Menuju Indonesia Emas, bukan hanya slogan, tapi semangat yang harus dihidupi,” tutupnya.
Menuju Gayo Lues Bebas Narkoba
Dengan berakhirnya Bimtek P4GN ini, diharapkan muncul kader-kader penggiat anti-narkoba di setiap lini masyarakat. Gayo Lues sebagai negeri di antara kabut pegunungan, kini juga menjadi medan perjuangan melawan kabut gelap bernama narkotika. Dan perjuangan itu dimulai dari kita—bersama, dari kampung, untuk Indonesia.
(Kang Juna – Reporter)