TLii | ACEH | Lhokseumawe, Suasana Halaman Parkir Cafe The Breeze Lhokseumawe sore itu terasa berbeda. Aroma masakan dari berbagai bahan pangan lokal menggoda indera penciuman, berpadu dengan riuh tepuk tangan dan sorak-sorai dukungan penonton. Inilah momen puncak Lomba Resep dan Masak Produk Substitusi yang digelar oleh Bank Indonesia bersama Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) dalam rangka Pekan QRIS Nasional (PQN) 2025 sekaligus memperingati 80 Tahun Indonesia Bersatu, Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju. Minggu (17/08/2025).
Lomba ini menjadi bukti nyata komitmen Bank Indonesia dalam mendorong kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pengendalian inflasi melalui kreativitas di sektor pangan. Dengan melibatkan komunitas perempuan di Kota Lhokseumawe, acara ini menghadirkan ide-ide segar mengenai pemanfaatan bahan pangan lokal sebagai substitusi produk penyumbang inflasi utama, yaitu beras, cabai, dan bawang merah.
Antusiasme Peserta
Proses pendaftaran lomba dibuka sejak 12–15 Agustus 2025 melalui laman resmi panitia. Setiap peserta diwajibkan mengirimkan resep kreasi substitusi lengkap dengan daftar bahan, takaran, estimasi biaya, langkah pembuatan, hingga ilustrasi penyajian. Sebanyak 8 tim dinyatakan lolos ke babak penyisihan setelah melalui seleksi ketat dari dewan juri eksternal.
Pada 16 Agustus 2025, panitia mengumumkan nama-nama finalis dan menggelar technical meeting guna mempersiapkan peserta menghadapi babak puncak. Keseruan pun berlanjut pada 17 Agustus 2025, ketika para finalis beradu keterampilan dalam sesi live cooking. Dengan waktu hanya 60 menit, para peserta harus mampu menyajikan dua porsi hidangan yang inovatif, bergizi, dan sesuai dengan tema lomba.
Dzarlina Waty, salah satu peserta, mengaku pengalaman mengikuti lomba ini sangat berkesan.
“Kami mendaftar tepat tanggal 15 Agustus, lengkap dengan ilustrasi menu. Setelah pengumuman tanggal 16, kami langsung bersiap untuk final pada tanggal 17. Deg-degan, tapi sekaligus bangga bisa membawa kreasi masakan lokal ke ajang sebesar ini,” ujarnya.
Kriteria Penilaian
Untuk menjaga obyektivitas, dewan juri menggunakan dua tahap penilaian. Pada babak penyisihan, aspek yang dinilai meliputi kreativitas dan inovasi (30%), kemudahan bahan baku lokal (15%), nilai gizi dan kesehatan (30%), serta kesesuaian dengan tema (25%).
Sementara pada babak final, bobot penilaian semakin detail dengan fokus pada penyajian dan estetika (20%), cita rasa (30%), efisiensi penggunaan bahan (15%), potensi komersialisasi (15%), serta kesesuaian dengan tema (20%).
Kriteria ini tidak hanya menekankan kelezatan masakan, tetapi juga mendorong lahirnya inovasi pangan yang dapat diterapkan secara luas di masyarakat.
Pemenang Lomba
Setelah melalui proses penjurian yang ketat, terpilih tiga tim terbaik sebagai pemenang:
- 🥇 Juara I: Tim SEFFI DINI
Menu: Udang Bakar Jimbaran dengan Spaghetti dan Acar
Hadiah: Rp5.000.000,- - 🥈 Juara II: Tim DOA IBU
Menu: Damisku (Udang Tumis Saus Woku) dengan Mash Potato Merah Putih
Hadiah: Rp3.000.000,- - 🥉 Juara III: Tim REMPAH CINTA
Menu: Kreasi substitusi berbasis pangan lokal
Hadiah: Rp2.000.000,-
Ketiga tim ini berhasil memikat juri tidak hanya melalui rasa dan tampilan, tetapi juga karena keberhasilan mereka mengolah bahan substitusi menjadi hidangan yang bernilai gizi tinggi sekaligus potensial untuk dikembangkan secara komersial.
Kegiatan lomba masak ini tidak sekadar menjadi ajang kompetisi, melainkan juga wadah edukasi bagi masyarakat tentang pentingnya diversifikasi pangan. Dengan memanfaatkan potensi lokal seperti singkong, ubi, jagung, cabai bubuk, atau bawang goreng sebagai pengganti produk yang rentan inflasi, masyarakat dapat lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Bank Indonesia bersama GNPIP menegaskan bahwa pengendalian inflasi tidak hanya dilakukan melalui kebijakan makroekonomi, tetapi juga dapat diwujudkan melalui partisipasi masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, termasuk di dapur rumah tangga.
Melalui Lomba Resep dan Masak Produk Substitusi PQN 2025, Bank Indonesia berharap masyarakat semakin kreatif, adaptif, dan peduli terhadap pangan lokal. Semangat kolaborasi dan inovasi ini diharapkan mampu memperkuat ketahanan pangan nasional, mendukung stabilitas harga, serta meningkatkan kesejahteraan rakyat di daerah. (Red).