TLii | ACEH | Senin, 9 Juni 2025 | Kutapanjang, Gayo Lues
Warga Desa Ulun Tanoh, Kecamatan Kutapanjang, Kabupaten Gayo Lues, kembali bergotong royong memperbaiki tanggul irigasi yang jebol akibat hujan deras. Tanggul ini merupakan satu-satunya sumber pengairan utama bagi sawah warga, dan kerusakan pada bagian sampingnya menyebabkan air keluar dari jalur irigasi, sehingga tak lagi mengaliri lahan pertanian secara optimal.
Kepala Desa Ulun Tanoh, Suhardinsyah, menyampaikan kepada media, bahwa peristiwa jebolnya tanggul bukan kali pertama terjadi pada tahun ini. “Sudah dua kali jebol sejak awal tahun. Pertama pada Februari, dan itu membuat warga gagal tanam karena tidak ada tindakan cepat dari pemerintah,” ujarnya.
Dalam upaya perbaikan sebelumnya, masyarakat secara swadaya menggalang dana dari Swadaya Masyarakat dan berhasil mengumpulkan Rp8,2 juta. Namun, kebutuhan dana sebenarnya mencapai Rp14 juta. Kekurangan dana akhirnya ditutup oleh kepala desa bersama perangkatnya. Perbaikan sempat dilakukan pada 15 Mei 2025, namun hanya bertahan dua hari sebelum kembali rusak dihantam hujan deras.
Senin, 9 Juni 2025. Sudah dua hari kami kembali bergotong royong membangun tanggul darurat,” kata Suhardinsyah.
Untuk sementara, masyarakat menyusun 400 karung pasir dan bebatuan sebagai penahan aliran air,. Meski begitu, tanggul darurat tersebut belum dapat berfungsi optimal akibat kerusakan sebelumnya yang menyebabkan pasokan air tidak mencukupi.
Tanggul irigasi tersebut dibangun pada 2016 melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) dan telah melayani pengairan sawah warga selama sembilan tahun. Namun, kondisinya kini sangat memprihatinkan dan langsung berdampak pada aktivitas pertanian.
“Sebanyak 67 hektare sawah bergantung pada irigasi ini. Benih padi sudah kami semai. Kalau tanggul tak segera diperbaiki, musim tanam ini bisa gagal lagi. Sebelumnya pun kami gagal tanam karena tanggul ini jebol. Ini soal hidup—karena warga hidup dari sawah. Kalau tidak tanam, tidak makan,” tegasnya.
Permasalahan ini telah disampaikan langsung oleh kepala desa dan warga kepada Bupati Gayo Lues pada 18 April 2025. Mereka kemudian diarahkan ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), namun hingga kini belum ada langkah nyata dari pemerintah kabupaten.
“Minimal kami butuh bantuan alat berat dari pemerintah. Jangan dibiarkan seperti ini. Ini soal perut masyarakat,” ujar Suhardinsyah.
Jika tak segera ditangani, sebanyak 67 hektare lahan pertanian dan lebih dari 100 KK di Desa Ulun Tanoh terancam gagal tanam. Warga berharap ada respons cepat dari Pemerintah Kabupaten Gayo Lues, mengingat vitalnya peran irigasi ini dalam mendukung ketahanan dan swasembada pangan di wilayah tersebut.
(Reporter – Kang Juna)