(Foto ilustrasi suara Surabaya)
TIMELINES INEWS
Oleh: Salsabila
Di era digital sekarang, kebiasaan membaca di kalangan remaja mengalami perubahan yang cukup terasa. Kalau dulu membaca identik dengan buku fisik, kini remaja lebih sering berinteraksi dengan konten visual dan teks pendek yang muncul cepat di layar ponsel. Perubahan pola konsumsi informasi ini memunculkan pertanyaan penting: apakah minat membaca remaja benar-benar menurun, atau sebenarnya hanya bergeser bentuknya?
Perilaku Membaca yang Mulai Berubah
Generasi remaja saat ini tumbuh di tengah arus informasi yang sangat cepat. Mereka setiap hari terpapar video pendek, thread singkat, atau ringkasan informasi yang jauh lebih praktis dibandingkan membaca teks panjang. Kebiasaan ini perlahan memengaruhi kemampuan mereka untuk fokus membaca dalam waktu lama.
Namun, perubahan ini bukan berarti remaja tidak suka membaca. Banyak dari mereka tetap membaca, hanya saja formatnya berbeda dari generasi sebelumnya. Artikel digital, web novel, fanfiction, hingga thread edukatif di media sosial kini lebih sering dibaca. Temuan Perpustakaan Nasional RI menunjukkan bahwa minat baca digital meningkat seiring meluasnya akses internet di Indonesia.
Faktor yang Mempengaruhi Menurunnya Minat Membaca
1. Distraksi Digital
Media sosial menawarkan hiburan yang cepat dan langsung memuaskan rasa ingin tahu. Dibandingkan membaca buku, video berdurasi 15–60 detik terasa lebih menyenangkan dan tidak membutuhkan usaha besar.
2. Kurangnya Pembiasaan Membaca Sejak Dini
Kebiasaan membaca terbentuk sejak kecil. Ketika anak tidak terbiasa membaca secara rutin, kegiatan ini menjadi terasa melelahkan ketika mereka beranjak remaja.
3. Akses Literasi yang Belum Merata
Tidak semua remaja memiliki akses setara terhadap buku, perpustakaan, atau ruang belajar yang kondusif. Data Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) menunjukkan bahwa tingkat literasi Indonesia masih berada pada kategori sedang.
4. Tekanan Akademik
Banyak remaja membaca semata-mata karena tuntutan tugas sekolah. Akibatnya, membaca tidak lagi dianggap sebagai kegiatan yang menyenangkan, melainkan kewajiban. Remaja Tidak Anti Membaca Mereka Hanya Membaca dengan Cara Berbeda.
Remaja Tidak Anti Membaca Mereka Hanya Membaca dengan Cara Berbeda
Menariknya, remaja sebenarnya memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Mereka masih membaca, tetapi formatnya mengikuti perkembangan zaman. Wattpad, Webtoon, artikel digital, sampai diskusi panjang di internet menunjukkan bahwa mereka tetap mengonsumsi teks dalam jumlah banyak hanya saja tidak selalu dalam bentuk buku fisik. Survei APJII juga menunjukkan bahwa pengguna internet paling besar berasal dari kelompok usia 13–24 tahun, menandakan bahwa remaja justru aktif dalam literasi digital. Jadi, minat membaca itu tidak hilang. Ia hanya bertransformasi.
Upaya untuk Meningkatkan Kualitas Membaca Remaja Supaya kebiasaan membaca tetap berkembang, ada beberapa hal yang dapat dilakukan:
1. Menyediakan bacaan yang terasa relevan dengan dunia remaja.
2.Memperluas perpustakaan digital agar lebih mudah diakses.
3.Membuat waktu khusus membaca di rumah atau sekolah.
4.Mengurangi gangguan digital ketika sedang membaca.
5.Menghadirkan komunitas literasi agar remaja punya lingkungan yang mendukung.
Peran orang tua, guru, dan sekolah penting untuk menciptakan suasana yang nyaman bagi remaja dalam membangun kebiasaan membaca.
Perilaku membaca remaja masa kini tidak bisa dikatakan menurun begitu saja. Yang terjadi adalah perpindahan minat dari bacaan tradisional ke bacaan digital. Tantangan ke depannya bukan tentang bagaimana membuat remaja mau membaca, tetapi bagaimana mengarahkan mereka agar memilih bacaan yang lebih berkualitas. Dengan dukungan yang tepat, membaca tetap bisa menjadi kebiasaan yang bermanfaat meskipun dunia terus berubah.


































