TLii | ACEH | GAYOLUES – Kuta Panjang, Saluran irigasi utama sungai yang mengairi lahan pertanian di Kampung Ulun Tanoh, Kecamatan Kuta Panjang, kembali mengalami kerusakan parah setelah diterjang arus deras Sungai Ulun tanoh pada malam hari, Selasa, 20 Mei 2025. Padahal, saluran tersebut baru saja selesai diperbaiki sekitar satu minggu sebelumnya melalui kerja bakti dan swadaya masyarakat setempat. Kerusakan ini menimbulkan kekhawatiran serius di kalangan petani yang sedang bersiap menanam padi di awal musim tanam.
Menurut keterangan Abdullah alias Aman Dahlia, salah seorang tokoh masyarakat Kampung Ulun Tanoh, banjir bandang yang melanda kawasan tersebut terjadi akibat hujan deras yang mengguyur daerah hulu sungai sejak Selasa sore hingga malam hari. Derasnya debit air tidak mampu ditahan oleh dinding saluran irigasi, sehingga menyebabkan tanggul jebol dan menghanyutkan sebagian besar struktur saluran yang sebelumnya telah diperkuat.
“Kami baru saja gotong royong memperbaiki irigasi ini. Biayanya besar, semua hasil patungan warga. Tapi sekarang sudah rusak lagi,” ujar Idin kepada reporter Seputar Gayo Lues, dengan nada kecewa.
Idin menambahkan, perbaikan sebelumnya dilakukan sepenuhnya atas inisiatif masyarakat tanpa bantuan pemerintah daerah. Dana sebesar Rp8.200.000 berhasil dikumpulkan dari hasil patungan warga untuk menyewa alat berat guna memperkuat tanggul dan memperbaiki saluran. Kekurangan dana sebesar Rp5.800.000 ditanggung oleh perangkat kampung sebagai bentuk komitmen bersama dalam mendukung ketahanan pangan lokal.
Pengulu (Kepala Desa) Kampung Ulun Tanoh, Suhardinsyah, membenarkan hal tersebut. Ia mengungkapkan bahwa perbaikan dilakukan setelah saluran irigasi jebol pertama kali sekitar sebulan lalu, dan dibiarkan rusak selama beberapa minggu. Baru setelah panen berakhir dan masyarakat bersiap menghadapi musim tanam baru, mereka secara swadaya menggerakkan perbaikan.
“Kita sudah hampir empat bulan tidak panen, dan sekarang adalah waktu penting bagi para petani untuk mulai menanam. Kalau irigasi ini tidak segera diperbaiki secara permanen, maka ratusan hektare sawah terancam tidak bisa ditanami,” ungkap Suhardinsyah.
Saat ini, masyarakat Kampung Ulun Tanoh benar-benar terpukul. Air dari saluran irigasi yang selama ini menjadi sumber utama pengairan bagi lahan persawahan mereka, tidak lagi mengalir. Para petani yang telah menyiapkan bibit dan lahan menjadi cemas akan masa depan pertanian mereka.
“Kami mohon agar pemerintah daerah, khususnya dinas pertanian dan dinas PUPR, dapat segera turun tangan. Jangan sampai kegigihan dan semangat swadaya masyarakat ini menjadi sia-sia hanya karena tidak ada dukungan dari atas,” ujar salah satu perangkat kampung yang turut serta dalam perbaikan.
Kerusakan irigasi Ulun Tanoh bukan hanya persoalan teknis, tetapi juga simbol ketahanan komunitas petani di Gayo Lues. Jika tidak segera ditangani dengan solusi jangka panjang, seperti pembangunan dinding penahan arus atau sistem irigasi permanen yang tahan banjir, maka bencana serupa sangat mungkin terulang.
Masyarakat berharap ada perhatian serius dari Pemerintah Kabupaten Gayo Lues maupun Pemerintah Aceh. Bagi mereka, air bukan hanya soal kebutuhan pertanian, tetapi juga soal kehidupan dan masa depan anak cucu di tanah pegunungan yang keras namun subur ini.
(Kang Juna – Reporter Seputar Gayo Lues)

































