TLii | ACEH | Gayo Lues – Acara ramah tamah dan diskusi yang digelar PT Gayo Mineral Resources (GMR) bersama masyarakat Pantan Cuaca, Minggu (24/8/2025), justru berubah menjadi panggung penegasan sikap Barisan Tolak Tambang.
Undangan resmi yang disebarkan perusahaan sejak Jumat (22/8) menyebutkan acara akan dihadiri Muspika, Pemda, petani kopi, penggiat pertanian, dan wartawan. Namun, saat acara dimulai pukul 13.00 WIB—setelah sebelumnya jadwal diundur dari 10.30 WIB—suasana di lapangan jauh dari harapan. Aula belum siap, masih dipenuhi sampah kotak makanan, dan lebih mengecewakan, tidak ada satupun perwakilan Muspika maupun Pemda yang hadir.
Kondisi itu membuat Barisan Tolak Tambang menolak melanjutkan diskusi. Mereka hanya menyampaikan sikap tegas: penolakan tambang tidak bisa ditawar.
“Sampai kiamat kami menolak tambang di Pantan Cuaca. Kami berhak memilih ruang hidup kami. Kami ingin negeri ini sejahtera dari pertanian dan perkebunan, bukan dari pertambangan yang membawa ancaman kerusakan lingkungan, sekecil apapun itu,” tegas Bayhaqi, Koordinator Barisan Tolak Tambang.
Bayhaqi juga menepis tudingan yang selama ini diarahkan bahwa gerakan penolakan tambang hanyalah soal sakit hati, kepentingan kelompok, atau agenda politik. “Ini murni suara hati rakyat kecil. Perjuangan ini juga kami wariskan untuk generasi Pantan Cuaca 20–30 tahun ke depan,” tambahnya.
Pihak GMR sempat mendesak agar diskusi dilanjutkan meski tanpa kehadiran pemerintah. Namun Barisan Tolak Tambang menolak, karena menurut mereka tanpa pihak penengah, pembicaraan tidak akan adil.
“Pro dan kontra itu wajar. Kami tidak pernah melarang masyarakat yang bekerja sama dengan perusahaan. Kami juga tidak mengganggu aktivitas tambang. Tapi hak kami menolak harus dihormati,” ujar Bayhaqi sebelum meninggalkan lokasi bersama rombongan dengan damai.
Acara ramah tamah akhirnya berjalan pincang tanpa keterlibatan Barisan Tolak Tambang. Kehadiran masyarakat penolak tambang yang memilih mundur dari forum itu justru menjadi pesan keras bahwa perlawanan terhadap pertambangan di Pantan Cuaca masih hidup, dan tidak bisa dipadamkan dengan strategi komunikasi perusahaan.
(Kang Juna)

































