LAPORAN: Yahbit,Wartawan TLii
TIMELINES iNEWS Investigasi | Aceh — Tekanan ekonomi masyarakat Aceh semakin berat pasca banjir dan tanah longsor yang menerjang sejumlah kabupaten/kota dalam satu pekan terakhir. Selain merusak infrastruktur dan melumpuhkan aktivitas ekonomi, bencana ini memicu kelangkaan LPG 3 kilogram dan lonjakan harga pangan yang dirasakan langsung hingga tingkat rumah tangga. Banda Aceh, Aceh Besar, serta daerah terdampak banjir di kawasan pesisir menjadi wilayah dengan kenaikan harga paling signifikan.
Dari Kabupaten Bireuen, pemerintah daerah merespons cepat dengan mengeluarkan Surat Edaran Nomor 300.2.2/1331 sebagai langkah darurat. Edaran tersebut melarang pedagang menaikkan harga secara tidak wajar, menahan barang untuk keuntungan, serta mewajibkan seluruh stok pangan disalurkan tanpa penimbunan. Pedagang diminta menunjukkan empati sosial di tengah situasi krisis.
Kebijakan ini diterbitkan setelah pemerintah menerima banyak laporan gejolak harga di pasar tradisional.
kondisi serupa Juga terjadi di Aceh Besar dan Banda Aceh, meskipun daerah tersebut tidak mengalami dampak banjir yang parah. Kelangkaan LPG dan kenaikan harga justru memuncak di pusat kota.dan Pasar Pinggiran
Masyarakat memahami situasi ini berkaitan dengan terputusnya akses jalan nasional Sumatra Utara–Aceh akibat longsor yang memotong jalur distribusi logistik. Dataran tinggi Gayo—lumbung sayur terbesar di Aceh—juga terisolasi setelah banjir dan longsor merusak jalan serta memutus jembatan penghubung Bireuen–Takengon. Kondisi ini membuat suplai sayuran ke wilayah pesisir terhenti total.
“Kami memaklumi kondisi ini. Bahkan di Banda Aceh pun harga naik dan barang sulit. Karena seluruh jalur dari Sumut dan daerah produksi sayuran di Gayo terputus,” ujar seorang pedagang keliling yang ditemui tim investigasi.
Di pasar tradisional, situasinya semakin memprihatinkan. Harga cabai merah meroket hingga Rp250.000 per kilogram, jauh dari harga normal Rp35.000–40.000. Tomat, bawang, dan sayur-mayur lainnya ikut naik tajam. Harga telur melambung dari Rp45.000 menjadi Rp95.000 per papan, bahkan beberapa pedagang menjual Rp5.000 per butir. Banyak keluarga terpaksa mengurangi konsumsi harian.
Kelangkaan LPG 3 kilogram semakin memperburuk keadaan. Di Banda Aceh, warga telah berkeliling dari satu pangkalan ke pangkalan lain juga di Pedagang Eceran, namun tetap tidak mendapatkan gas. Pedagang kecil seperti penjual gorengan dan warung makan tidak dapat beroperasi. “Gas tidak ada sama sekali. Kalau tidak bisa masak, kami tidak bisa jualan,” ujar seorang pedagang di Jalan Kereta Api, Pagar Air.
Sebagian pedagang menilai kelangkaan terjadi karena pasokan terhambat akibat banjir. Namun sebagian warga mencurigai adanya oknum yang menahan stok untuk meraup keuntungan lebih besar. Untuk mengantisipasi hal tersebut, pemerintah kabupaten bersama provinsi mengerahkan tim gabungan Satpol PP, Disperindagkop, dan kepolisian untuk melakukan sidak gudang penyimpanan serta mencegah penimbunan LPG dan kebutuhan pokok.
Meski tekanan ekonomi meningkat, masyarakat tetap optimistis. Mereka berharap pembukaan akses jalan, pembangunan jembatan darurat, serta percepatan distribusi logistik oleh pemerintah, TNI, dan Polri dapat segera menormalkan pasokan. “Jika akses kembali pulih, harga pasti turun. Yang penting jalur distribusi cepat dibuka,” ujar seorang warga.
Pemerintah juga didorong memperkuat koordinasi dengan Pertamina dan Dinas Perdagangan agar distribusi LPG serta kebutuhan pokok dapat kembali stabil. Bagi masyarakat kecil, penurunan harga adalah kebutuhan yang tidak bisa ditunda. “Kami hanya ingin harga kembali wajar,” harap warga.


































