TIMELINES iNEWS Investigasi | BANDA ACEH – Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat FKIP Universitas Syiah Kuala menyampaikan kecaman keras terhadap pernyataan Kepala BNPB yang menyebut kondisi bencana di Sumatra—khususnya Aceh—sebagai “mencekam tapi membaik” dan “belum masuk parameter bencana nasional.”
Bagi HMI FKIP USK, pernyataan tersebut tidak hanya keliru, tetapi juga melukai hati masyarakat yang sedang bertahan dalam situasi darurat.
Kondisi Lapangan Berbanding Terbalik dengan Pernyataan Resmi
Ketua Umum HMI Komisariat FKIP USK, Rivaldi, menegaskan bahwa kondisi nyata di lapangan masih sangat jauh dari kata membaik. Hujan belum reda, tanah masih labil, dan banyak wilayah terisolir akibat banjir dan longsor.
“Di Aceh hari ini, ada gampong-gampong yang benar-benar terputus total. Anak-anak menangis karena lapar, warga bertahan di atap rumah, relawan tidak bisa menembus lokasi karena akses hilang seperti disobek,” ujar Rivaldi melalui pers rilis yang diterima TLii, Sabtu 29 November 2025.
Ia menambahkan bahwa banyak masyarakat terjebak tanpa logistik, tanpa bantuan memadai, dan tanpa kepastian kapan pertolongan dapat mencapai lokasi.
Kritik untuk BNPB: ‘Apa yang Membaik?’
HMI FKIP USK menilai pernyataan BNPB sebagai bentuk ketidakpekaan terhadap situasi kemanusiaan.
“Ini pernyataan yang tidak punya empati. Tidak pantas keluar dari lembaga yang seharusnya berada di garis depan penyelamatan nyawa manusia. Apa yang membaik? Kami melihat sendiri warga kelaparan dan terjebak. Ini bukan statistik—ini manusia,” tegas Rivaldi.
Mendesak Penetapan Status Bencana Nasional




































