Sejarah Pembangunan Vihara Avalokitesvara di Banten

REDAKSI

- Redaksi

Sabtu, 25 Mei 2024 - 08:43 WIB

20520 views
facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Vihara Avalokitesvara, di Kelurahan Pabean, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Banten.(Foto : TLii /Heru)

Vihara Avalokitesvara, di Kelurahan Pabean, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Banten.(Foto : TLii /Heru)

TLii >> Kota Serang – VIHARA Avalokitesvara terletak di Kampung Pamarican, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Provinsi Banten. Avalokitesvara merupakan bahasa Sanskerta untuk Dewi Kwan Im yang diyakini suka menolong manusia dari berbagai kesulitan. Lokasi vihara itu sekitar 500 meter di sebelah utara Masjid Agung Banten dan Keraton Surosowan di Kawasan Banten Lama.

Sejarah pembangunan vihara ini berkaitan dengan Syarif Hidayatullah atau yang dikenal dengan nama Sunan Gunung Jati. Syarif Hidayatullah merupakan ayah dari Maulana Hasanudin, pendiri kerajaan Banten. Tokoh penyebar Islam di tanah Jawa ini memiliki istri yang masih keturunan kaisar Tiongkok bernama Putri Ong Tien. Melihat banyak pengikut putri yang masih memegang teguh keyakinannya, Sunan Gunung Jati membangun vihara pada tahun 1542.

Versi lain menyebutkan, vihara ini dibangun pada tahun 1652. Yaitu pada masa kejayaan kerajaan Banten saat dipimpin oleh Sultan Ageng Tirtayasa. Awalnya wihara itu dibangun di Kampung Dermayon, sekitar 500 meter di selatan Masjid Agung Banten.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Menurut sejarawan Prancis, Claude Guillot dalam Banten, Sejarah dan Peradaban X–XII, kita hanya memiliki sumber tak jelas mengenai tempat-tempat ibadah orang Tionghoa. Padahal, Banten terkenal karena adanya kelenteng yang dijadikan Vihara Avalokitesvara. Jika sudah ada pada abad ke-17, pasti kelenteng ini disebut-sebut dengan jelas dalam sumber.

Sumber asing yang cukup meyakinkan menyebut tentang kelenteng adalah catatan J.P. Cortemunde yang menghadap Sultan Ageng Tirtayasa pada 1673. Dokter bedah asal Denmark itu menyebut “di Banten mereka memiliki kelenteng yang sangat megah, dengan gambar-gambar setan dari emas atau perak yang memiliki hiasan sangat indah tetapi sangat menakutkan… Mereka biasa mengizinkan para pemeluk agama Nasrani masuk dan melihat seluruhnya”.

Jadi hanya catatan ini yang menyatakan bahwa orang Tionghoa memiliki beberapa kelenteng di Banten tahun 1673,” tulis Guillot.

Sementara itu, terkait Vihara Avalokitesvara, sepasang sejarawan Prancis, Denys Lombard dan Claudine Salmon menyebutkan dalam penelitian mengenai masyarakat dan inskripsi Tionghoa di Banten, bahwa batu bertulis yang tertua di kelenteng itu dibuat tahun 1754. Sedangkan catatan pertama yang menyebutkan tentang kelenteng itu berasal dari tahun 1747, dan sumbernya berupa sebuah akta notaris yang menjelaskan adanya sebuah lahan di sebelah barat “Chineese Tempel”.

Sementara menurut buku Pemetaan Kerukunan Umat Beragama di Banten terbitan Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Kementerian Agama, pada 1774, Sultan Banten (Abul Mafakhir Muhammad Aliuddin, 1773–1799) menghadiahkan sebidang tanah, yang sekarang berdiri bangunan Vihara Avalokitesvara, atas jasa orang Tionghoa yang ikut melakukan ritual keagamaan saat terjadi wabah penyakit yang menyerang penduduk Banten. Wihara itu sampai sekarang berada di lingkungan permukiman penduduk yang beragama Islam.

Jenis penyakitnya tidak diketahui pasti. Namun, kemungkinan wabah sakit perut jika merujuk kepada wabah penyakit yang menyerang Cirebon pada 1772–1773 (dan 1805–1806) yang mengakibatkan seperempat penduduknya meninggal dunia. Sebelumnya, pada 1625, wabah penyakit pes membunuh sepertiga penduduk Banten.

Adapun ritual yang dilakukan orang Tionghoa itu adalah mengarak Patung Dewi Kwan Im.

Arsitektur Vihara

Gerbang dengan atap berhiaskan dua naga memperebutkan mustika sang penerang (matahari) menyambut pengunjung di pintu masuk sebelum pengunjung masuk lebih ke dalam vihara yang memiliki nama lain kelenteng Tri Darma ini.

Sebutan Klenteng Tri Darma diberikan karena vihara ini melayani tiga kepercayaan umat sekaligus. Yaitu Kong Hu Cu, Taoisme, dan Buddha. Walaupun diperuntukan bagi 3 umat kepercayaan namun bagi wisatawan yang beragama lain sangat diperbolehkan untuk berkunjung dan melihat bangunan yang saat ini termasuk dalam cagar budaya di Provinsi Banten ini.

Vihara Avalokitesvara memiliki luas mencapai 10 hektar dengan altar Dewi kwan Im sebagai altar utamanya. Di altar ini terdapat patung Dewi Kwan Im yang berusia hampir sama dengan bangunan vihara tersebut. Selain itu di sisi samping kanan dan kiri terdapat patung dewa-dewa yang berjumlah 16 dan tiang batu yang berukir naga.

Kelenteng yang pernah terbakar pada tahun 2009 ini juga memiliki ukiran yang menceritakan bagaimana kejayaan Banten Lama saat masih menjadi kota pelabuhan yang ramai. Terletak di samping vihara, ukiran ini juga menceritakan bagaimana vihara ini digunakan sebagai tempat berlindung saat terjadi tsunami beserta letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883.

Berita Terkait

Lapas Padangsidimpuan Gelar Pengajian Rutin di Masjid Al‑Ikhlas, Bahas Tafakkur Dan Tasyakur
Kasi Binadik & Giatja Lapas Padangsidimpuan Pantau Kegiatan Warga Binaan Di Bimker
Kasi Adm Kamtib Lapas Padangsidimpuan Gelar Kontrol Blok Hunian untuk Pastikan Kondusifitas
Ka’ KPLP Lapas Padangsidimpuan Lakukan Kontrol Kamar Hunian Warga Binaan
Polres Pidie Jaya Beri Arahan dan Pembekalan Personel untuk Pengamanan TPS Pilchiksung 2025
Lapas Kelas I Medan Laksanakan Razia Gabungan, TNI-Polri Turut Berperan Jaga Keamanan
Gerak Cepat Unit Reskrim Polsek Medan Tembung Tangkap Pelaku Penganiayaan Di Kolam Pancing Bandar Setia, Pelaku yang Merupakan Abang Ipar Sendiri
Polres Pelabuhan Belawan Gelar Tes Kesamaptaan Dan Beladiri Berkala Semester II Tahun 2025

Berita Terkait

Sabtu, 11 Oktober 2025 - 23:20 WIB

Lapas Padangsidimpuan Gelar Pengajian Rutin di Masjid Al‑Ikhlas, Bahas Tafakkur Dan Tasyakur

Sabtu, 11 Oktober 2025 - 23:14 WIB

Kasi Binadik & Giatja Lapas Padangsidimpuan Pantau Kegiatan Warga Binaan Di Bimker

Sabtu, 11 Oktober 2025 - 23:04 WIB

Kasi Adm Kamtib Lapas Padangsidimpuan Gelar Kontrol Blok Hunian untuk Pastikan Kondusifitas

Sabtu, 11 Oktober 2025 - 22:52 WIB

Ka’ KPLP Lapas Padangsidimpuan Lakukan Kontrol Kamar Hunian Warga Binaan

Sabtu, 11 Oktober 2025 - 19:41 WIB

Gerak Cepat Unit Reskrim Polsek Medan Tembung Tangkap Pelaku Penganiayaan Di Kolam Pancing Bandar Setia, Pelaku yang Merupakan Abang Ipar Sendiri

Sabtu, 11 Oktober 2025 - 19:26 WIB

Polres Pelabuhan Belawan Gelar Tes Kesamaptaan Dan Beladiri Berkala Semester II Tahun 2025

Sabtu, 11 Oktober 2025 - 19:10 WIB

Panen Kacang Panjang Di Lahan SAE Lapas Padangsidimpuan Tingkatkan Semangat Kemandirian Warga Binaan

Sabtu, 11 Oktober 2025 - 19:04 WIB

Lapas Padangsidimpuan Gelar Sidang TPP Bahas Pembebasan Bersyarat 18 Warga Binaan Dengan Kehadiran Keluarga sebagai Penjamin

Berita Terbaru