(Foto istimewa sang penulis)
TIMELINES INEWS
Oleh: Putri Simba
Hay …, kali ini aku kembali menulis, mencoba mengisahkan sedikit perjalananku melalui sebuah tulisan goresan penaku. Perjalanan yang mungkin tampak biasa di mata orang lain, tetapi bagiku adalah luka, tangis, doa yang takpernah berhenti mengalir setiap saatnya.
Perjalanan yang tidak pernah lepas dari sebuah langkah kaki yang selalu menginjakkannya pada jalan tanah & aspal. Berjalan kaki bukan sekadar kebiasaan bagiku, melainkan satu-satunya agar aku bisa terus belajar meski aku tahu rasanya pahit dan menyakitkan. Dari sejak aku duduk di bangku taman kanak-kanak hingga kini menjadi seorang mahasiswa, berjalan kaki telah menjadi teman setia setiap hari yang selalu menjadi saksi perjalananku.
Meski waktu ini sudah terus berjalan dengan cepat, akan tetapi masih kuingat jelas di memoriku, setiap pagi aku terbiasa bangun lebih awal karena aku tahu jarak waktu tidak pernah singkat. Pukul 05.20 WIB, di jam itulah aku mulai melangkahkan kakiku menuju sekolah setiap harinya.
Terkadang, di saat hujan deras pun aku tetap nekat bersikeras pergi ke sekolah dengan mengenakan payung kecil agar bisa belajar terus menuntut ilmu seperti hari biasanya. Kadang pula aku pernah pulang dengan baju basah kuyup,pernah juga kepanasan dengan tenggorokan kering, keringat bercucuran, tetapi aku hanya bisa berkata kepada diriku sendiri. “Put, kamu harus kuat, harus semangat, tidak boleh menyerah dan berenti hanya karena hujan & panas terus menerjang. Teruslah berjalan dengan kedua kakimu itu karena bagi dirimu sendiri kaki itu adalah motor pijakanmu.”
Pernah ada masanya juga aku berhenti duduk di pinggir jalan karena lelah takkuat lagi. Namun, aku harus bertahan, sambil menatap langkah orang lain yang lebih ringan karena mereka bisa pulang pergi melintas jalan aspal dengan kendaraan mereka.
Melihat itu, air mataku seketika jatuh tak kuasa, aku menatap cerahnya langit yang indah sedikit berbisik. “Ya Allah, semoga aku mampu terus menjalani ini, meski aku benar-benar sungguh lelah. Meski langkah ini sudah terasa berat, tolong kuatkan hamba-Mu ini, karena aku ingin bisa melihat senyuman terindah kedua orang tuaku.”
Setiap kali ingin menyerah, aku selalu mengingat pesan dan harapan kedua orang tuaku kepada putri pertamanya ini. “Nak, janganlah kamu berhenti sekolah, teruslah bersekolah setinggi mungkin, karena sekolah adalah jalan kesuksesan menuju masa depan.”
“Nak, ingatlah satu hal, keterbatasan ini bukan berarti kamu jatuh, ingatlah Allah itu tidak pernah tidur, kami yakin suatu hari nanti langkahmu akan sampai pada tujuan.”
Kalimat kedua orang tuaku itulah yang selalu menjadi penyemangat hingga saat ini. Mereka selalu membuatku bangkit terus berjuang dengan keras. Ya, meskipun kini aku sudah duduk di bangku kuliah sebagai mahasiswa baru semester satu, tetapi langkah kakiku masih sama seperti dulunya. Yang harus berjalan kaki bertahun-tahun hanya demi pendidikan, menapaki jalan panjang menuju harapan masa depan. Aku berjanji pada diri sendiri dengan harapan langkahku ini bahwa aku suatu saat nanti, tepatnya 4 tahun mendatang, bisa berhasil berdiri di panggung wisuda dengan toga di pundak, berhasil memasangkannya kepada kedua orang tuaku penuh kebahagiaan haru.
Aku menangis bukan karena lelah tetapi karena doaku sudah terjawab dan ketika waktu itu tiba nantinya aku akan selalu berkata kepada diriku sendiri. “Alhamdulillah, aku lulus …, aku gadis desa dari keluarga sederhana dengan segala keterbatasan hidup kini berhasil mewujudkan mimpi yang telah lama aku impikan, berhasil menciptakan sarjana pertama S-1 di keluargaku. Kini segala tangisku, perjuanganku terbayarkan., Terima kasih diriku karena sudah kuat berjuang sejauh ini.”
Catatan singkat dari tulisan goresan penaku: Aku menuliskan kisah sederhana ini untuk mengingatkan diri sendiri bahwa meskipun jalan hidupku penuh keterbatasan, semangatku tidak boleh padam. Kaki sering lelah, hati sering menangis, tetapi mimpiku akan tetap hidup selamanya dan selama aku masih bisa melangkah, aku akan terus berjalan dengan kedua kakiku dalam mencapai impianku. Serta ingin membuktikan bahwa anak keluarga sederhana pun bisa meraih impian besar kesuksesannya. Dan suatu saat nanti ketika toga itu telah terpakai, setiap langkah kaki sederhanaku akan menjadi bukti bahwa mimpi tidak pernah memandang siapa kita, melainkan seberapa jauh kita mampu berjuang menggapainya.
Pangkalpinang, 20 September 2025
Biodata penulis: Penulis bernama asli Putri Rahmawati dengan nama pena Putri Simba seorang mahasiswa baru dari universitas Muhammadiyah Bangka Belitung. Yang biasa di kenal sebagi jurnalis muda serta penulis muda asal Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Ia tinggal di Tran 1 Simpang Rimba RT 03/RW 02, Kecamatan Simpang Rimba, sebuah tempat sederhana yang menjadi saksi awal perjuangannya.

































